TEMPO.CO, Jakarta - Antraks sebabkan tiga warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meregang nyawa pada Selasa, 4 Juli 2023. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Bacillus anthracis tersebut menyerang hewan pemakan tumbuhan (herbivora) liar maupun ternak dan menularkannya kepada manusia. Selain di Gunungkidul, apa saja kasus Antraks yang pernah terjadi di Indonesia?
Daftar Kasus Antraks di Indonesia
Sebagaimana Pedoman Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular (PHM) Seri Penyakit Anthrax (2016) oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, berikut sejarah penyebaran antraks di Tanah Air.
1. 1884
Berita ternak kerbau yang menderita penyakit menyerupai antraks di daerah Teluk Betung (Lampung) dilaporkan dalam Javasche Courant.
2. 1885
Kemudian, Kolonial Verslag menyampaikan kabar lebih jelas. Temuan kasus di Buleleng (Bali), Lampung, dan Palembang (Sumatera Selatan).
3. 1986
Selang setahun, kasus antraks di Indonesia kembali terjadi, tepatnya di 12 daerah dari 34 provinsi. Wilayah yang terjangkit meliputi Karawang (Jawa Barat), Madura (Jawa Timur), Probolinggo (Jawa Timur), Banten, Padang (Sumatera Barat), Palembang, Bengkulu Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Pulau Rote (Nusa Tenggara Timur).
4. 1906
Masuknya penyakit antraks ke Tanah Air pada abad ke-19 diduga berasal dari sapi perah Eropa dan sapi Ongole Asia Selatan. Dalam buku tahunan Departement van Landbouw, Nijverheden Handel, selama 1906 sampai 1921 terjadi wabah ternak. Kemudian berdasarkan catatan Sumanegara (1958), sebaran terjadi di 14 provinsi antara 1906-1957.
5. 1910
Mengacu pada buku tahunan yang sama (diberi nama Pusat Jawatan Kehewanan sejak 1942), letupan wabah pada ternak terjadi di seluruh Pulau Sumatera.
6. 1914
Penyakit bakterial bersifat menular akut pada hewan kembali terdeteksi di Padang, Palembang, dan Bengkulu.
7. 1927-1928
Padang, Palembang, Bukittinggi, dan Jambi lagi-lagi dilaporkan terserang wabah antraks.
8. 1930
Dua tahun kemudian, Bacillus anthracis pada ternak ditemukan di Palembang, Medan, dan Sibolga.
9. 1957
Menurut Sumanegara (1958), kejadian wabah pada 1906-1957 terdapat di daerah Palembang, Jambi, Padang, Bengkulu, Medan, Bukittinggi, Sibolga, Jakarta, Bogor, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Solo, Banyumas, Madura, Madiun, Bojonegoro, Manado, Palu, dan Donggala.
10. 1975
Kejadian antraks di Jambi dilaporkan memiliki morbiditas (keadaan tidak sehat) tertinggi hingga menyentuh 53 per 100.000 ekor. Sedangkan di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, tingkat morbiditas lebih rendah, sebesar 15 setiap 10.000 ternak.
11. 1980
Saat musim kering, ternak di Sumba Timur memakan rumput sampai ke akar yang ternyata mengandung spora antraks. Akibatnya jenis hewan yang paling banyak kehilangan nyawa, yaitu kuda, sapi, kerbau, babi, serta anjing.
12. 1986
Tercatat, kasus antraks di Indonesia pada 1986, tepatnya di Bengkulu dan Mentawai, Sumatera Barat.
13. 1989
Ternak di Mentawai dan Jambi kembali dilaporkan menderita gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis.
14. 1990
Sapi perah eks impor Amerika Serikat yang didatangkan ke Jawa Tengah (Semarang, Salatiga, dan Boyolali) ternyata membawa bibit penyakit antraks.
15. 1999
Kasus antraks pertama kali menyerang manusia dilaporkan terjadi di Purwakarta, Jawa Barat pada 1999. Sebanyak 32 orang terkena, tetapi beruntung sembuh diobati. Sumber penularan berasal dari 150 ekor burung unta dan 3.324 ekor telah dimusnahkan.
16. 2003
Ada 14 provinsi (37 kota/kabupaten) yang dinyatakan sebagai daerah endemis antraks di Indonesia. Temuan kasus penyakit pada 2003 di Yogyakarta.
17. 2010
Kabupaten Sragen, Maros, Pangkep, dan Kabupaten Gowa disebutkan mengalami wabah yang sama pada 2010.
18. 2011
Masih di Sragen dan merembet ke Boyolali serta terjadi di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur.
19. 2012
Wabah kembali menyebar di Sulawesi Selatan, tepatnya Kabupaten Takalar.
20. 2013
Sekitar Juni-Juli 2013, Maros dan Takalar masih harus bergulat dengan penyakit antraks.
21. 2014
Kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan (Gowa, Maros, Sidrap, dan Bone) kembali mencatatkan temuan bakteri penyakit radang limpa pada ternak. Kemudian wabah diikuti oleh Blitar, Jawa Timur.
22. 2015
Kabupaten Sidrap, Maros, dan Gowa belum bisa pulih dari wabah yang dialami.
23. 2016
Tak hanya Sidrap, Gowa, Maros, ada Pinrang yang disebut kembali harus berkutat dengan permasalahan penyakit antraks pada hewan. Selanjutnya, ada Sulawesi Barat (Polewali Mandar), Gorontalo (Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, dan Bone Bolango), serta Jawa Timur (Pacitan) yang turut terserang.
24. 2017
Terdapat 77 kasus pada manusia yang tersebar di Gorontalo, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
25. 2018
Kasus antraks pada manusia terdeteksi pada 9 orang di wilayah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
26. 2019
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kasus antraks dilaporkan di Gunungkidul sejak 21 Mei sampai 27 Juni 2019.
27. 2020
Pada 28 Desember hingga 13 Januari 2020, Kemenkes menerima laporan adanya 21 warga di Gunungkidul yang mengeluhkan gejala antraks.
28. 2021
Ada 21 kasus yang dicatatkan menyerang ternak di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
29. 2022
Sebanyak 23 warga Gunungkidul terjangkit penyakit yang dikenal dengan nama radang limpa setelah sejumlah ternak mati.
30. 2023
Kasus antraks di Indonesia terakhir kali dan terbaru pada 2023 ditemukan di Gunungkidul yang sudah terdeteksi sejak April lalu.
Pilihan editor: Antraks Gunungkidul Diyakini Berawal dari Tradisi Ini
MELYNDA DWI PUSPITA